Kanita
adalah seorang anak dari sutradara terkenal di negerinya. Banyak sekali
film-film yang disutradarai oleh papa Kanita. Film-film yang disutradarai oleh
apa Kanita juga disukai oleh semua orang di negerinya. Namun, Kanita tak pernah
sekalipun menyukai film yang disutradarai oleh papanya.
Alasan
Kanita tak menyukai film papanya, seperti pagi ini. Papa Kanita sudah membujuk
Kanita untuk ikut ke lokasi tempat papanya bekerja. Akan tetapi, Kanita malah
makin asyik bermain playstation.
“Kanita
… ikut papa ke lokasi tempat papa bekerja, yuk! Udara di sana segar sekali,
lho! Soalnya, lokasi tempat papa bekerja itu dekat dengan pegunungan. Kamu mau
ikut?” bujuk papa.
“Enggak.
Aku enggak mau ikut!” tolak Kanita.
“Kenapa
kamu tidak mau ikut? Biasanya, kamu suka dengan keindahan alam seperti
pegunungan. Mengapa sekarang tidak?” tanya Papa heran.
“Pokoknya,
aku enggak mau ikut!” tolak Kanita sekali lagi.
“Baiklah
… papa takkan memaksamu. Ya, sudah, papa berangkat dulu, ya …,” ujar papa
sambil menghela napas.
“Eh?
Aku ikut, deh, Pa! Aku takut sendirian, nih, di rumah!” kata Kanita tiba-tiba
sambil nyengir. Papa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah
anaknya itu.
Di
perjalanan, Kanita masih asyik membaca majalah kesukaannya. Tiba-tiba, Kanita
terbelalak melihat pemandangan tempat papanya bekerja menjadi sutradara.
Pegunungan di sana tampak mempesona. Udara juga segar sekali. Hal ini membuat
Kanita betah di tempat papanya bekerja.
“Pa
…,” panggil Kanita pelan.
“Ya?
Ada apa, Kanita?” tanya papa.
“Papa
betah enggak kerja di sini?” tanya Kanita dengan amat hati-hati.
“Tentu
saja! Oh … papa tahu, kamu mau jadi sutradara cilik, kan?” tebak papa sambil
tersenyum.
“Eh?
Enggak tahu, tuh, Pa. Ya, sudah, aku lihat-lihat pegunungan dulu, ya, Pa!” Kanita
jadi gelagapan ketika keinginannya ditebak oleh papa. Sementara itu, papa hanya
bisa tersenyum.
Udara
di tempat papa bekerja memang lumayan dingin. Maka dari itu, Kanita memakai
jaket pemberian papanya. Sejak Kanita berumur 8 tahun, Kanita sudah menyimpan
jaket pemberian papa. Sampai sekarang, jaket itu masih terawat dengan baik.
“Hmmm
… jadi sutradara cilik itu enak apa enggak, sih?” gumam Kanita. Dia bertanya
pada dirinya sendiri. “Mungkin asyik!”
Tidak
lama kemudian, Kanita mendatangi papanya dan berkata, “Pa, aku mau jadi
sutradara cilik!”
“Baiklah
… kamu ikut papa menyutradarai film ini, ya?” kata papa. Kanita pun mengangguk.
Sampai
sekarang, Kanita tetap menjadi sutradara. Walaupun, tak menjadi sutradara
cilik!