Sabtu, 01 September 2012

Cerpenku : Gelang Pembersih Bumi


Hania sedang berjalan kaki ketika sepulang sekolah. Dia memang tidak mempunyai kendaraan, sebab uang penghasilan kerja ayah dan ibunya tak cukup untuk membeli kendaraan. Namun, itu sama sekali tidak membuat Hania berputus asa. Walaupun tak menjadi anak terkaya di sekolahnya, tapi Hania menjadi anak terpintar di sekolahnya. Hebat, ya?
Hania suka sekali mengumpulkan plastik-plastik bekas yang ia temukan di jalanan. Dari plastik-plastik bekas itu, Hania menyulapnya menjadi gelang-gelang yang indah. Eitsss … Hania bukan menyulapnya, melainkan merangkai plastik-plastik bekas itu menjadi gelang-gelang yang cantik. Nanti, gelang-gelang itu akan Hania jual di sekolahnya. Terbukti, gelang buatan Hania laku keras di lingkungan sekolahnya.
Tujuan Hania hanya satu: membuat gelang-gelang dari plastik bekas untuk membersihkan bumi. Kini, bumi menjadi semakin kotor karena banyak sampah yang menghujani bumi. Maka dari itu, tekad Hania untuk membersihkan bumi sudah bulat. Seperti siang ini, nih ….
“Wah … banyak sekali plastik-plastik bekasnya! Aku ambil, ah!” gumam Hania senang. Baru kali ini, ia mendapatkan plastik-plastik bekas yang banyak.
“Kali ini, aku mau membuat gelang dengan tema apa, ya? Hmmm … aha! Tema polkadot saja!” ujar Hania sambil tersenyum pada dirinya sendiri.


Di rumah, Hania langsung merangkai plastik-plastik bekas itu menjadi gelang-gelang yang indah. Setelah selesai merangkai gelang-gelang tersebut, Hania mengambil cat-cat yang sudah tak terpakai di sudut-sudut rumahnya. Perlahan-lahan Hania mengecat gelangnya dengan rapi.
Usai itu, Hania mengeringkan gelang-gelang buatannya itu di halaman rumahnya. Kebetulan, cuaca hari ini panas. Jadi, hari ini tepat untuk mengeringkan gelang-gelang tersebut.
“Mudah-mudahan aja gelang-gelang ini cepat keringnya! Biar besok hari aku bisa menjualnya ke teman-teman!” kata Hania sambil tersenyum penuh harap.


“Alhamdulillah … akhirnya, gelang-gelangku kering juga!” teriak Hania gembira.
Setelah menunggu selama 3 jam lamanya, akhirnya gelang-gelang buatan Hania itu kering juga. Hania sudah terkantuk-kantuk menunggu gelangnya itu kering semua. Hehehe ….
Setelah gelangnya kering, Hania mulai mengemasi gelang-gelangnya itu dengan plastik. Lalu, diberi harga. Masing-masing gelang itu seharga lima ribu rupiah.
Tiba-tiba … TOK! TOK!
Pintu rumah Hania diketuk oleh seseorang. Dengan terburu-buru, Hania menyembunyikan gelang hasil karyanya di lemari bajunya.
Kreeek … Pintu rumah Hania yang sederhana itu dibuka oleh Hania. Rupanya, yang datang adalah ibu Hania. “Assalamu’alaikum, Nak.”
“Wa ‘alaikum salam, Bu … Ibu, kok, baru pulang?” tanya Hania.
“Iya, soalnya ibu baru pulang dari rumah majikan ibu,” ucap ibu. Keringat yang mengucur deras di dahinya, itu menandakan bahwa ibu sangat capek hari ini.
“Ya, sudah, Bu …. Ibu istirahat di kamar saja dulu. Nanti, Hania saja yang memasak makan malam,” ujar Hania sambil tersenyum manis.
Ibu mengangguk, lalu masuk ke kamarnya. Setelah itu, Hania membuat lagi gelang-gelang yang akan ia jual esok hari.
Pukul 6 sore telah tiba. Hania sedang memasak makan malam untuk dia, ibu, dan ayahnya. Makan malam pada hari itu sangatlah sederhana, yaitu sayur bayam, tempe, dan tahu goring. Sederhana, bukan?
Saat makan malam, ayah bertanya pada Hania, “Hania, berapa nilai ulanganmu hari ini?”
“Nilaiku sembilan puluh lima, Ayah,” jawab Hania jujur.
“Baguslah kalau begitu. Tingkatkan terus belajarmu, ya!” kata ayah sambil tersenyum. Hania hanya bisa mengangguk.


Keesokan harinya ….
“Han, aku beli ini, dong!”
“Haniaaa … aku beli ini!”
“Hania! Aku beli ini, ya?
Banyak sekali teriakan teman-teman Hania yang membeli barang dagangan Hania. Tentu saja, Hania jadi kewalahan. “Heeei! Satu-satu, ya, belinya!”
Akhirnya, teman-teman Hania membeli gelang buatan Hania dengan mengantre. Ya, A-N-T-R-E. Kalau tidak, Hania bisa-bisa kewalahan menghadapi teman-temannya itu.
Rupanya, kegiatan Hania itu diketahui oleh Bu Marina, kepala sekolah SD Anak Bangsa, tempat Hania bersekolah. Bu Marina berencana mengikutkan Hania pada Komunitas Pecinta Bumi! Wah, keren, ya?


“Hania, kamu dipanggil sama kepala sekolah, tuh!” kata Izza, sahabat Hania.
“Duh, aku salah apa, ya? Kok, sampai dipanggil sama Bu Marina?” gumam Hania takut-takut. Memang, baru kali ini Hania dipanggil oleh kepala sekolah.
Sesampainya di ruang kepala sekolah, Hania dipersilakan duduk oleh Bu Marina, sang kepala sekolah. “Hania …. Ibu mau bicara sesuatu sama kamu.”
“Apa itu, Bu?” tanya Hania bingung.
“Kamu mau saya ikutkan ke Komunitas Pecinta Bumi?” tawar Bu Marina.
“Komunitas Pecinta Bumi? Apa itu, Bu?” Hania sama sekali belum mengerti.
“Komunitas Pecinta Bumi adalah komunitas yang senang membersihkan bumi, menyayangi bumi, dan mencintai bumi. Kegiatannya adalah mengumpulkan sampah, dan  nantinya sampah itu akan didaur ulang. Seperti kegiatanmu tadi, yaitu membuat gelang pembersih bumi,” jelas Bu Marina sambil tersenyum.
“Jadi, Bu Marina sudah mengetahui kegiatanku selama ini?” tanya Hania. Bu Marina mengangguk.
Bagaimana, ya? Aku pengin banget ikut komunitas itu. Tapi, nanti daftar jadi anggota komunitas itu bayar, enggak, ya? Aku, kan, enggak punya uang, batin Hania.
“Hania … kamu mau ikut Komunitas Pecinta Bumi?” tanya Bu Marina, yang membuat lamunan Hania buyar.
“Eh? I … iya, Bu, saya mau ikut. Tapi, saya tidak punya uang untuk mendaftarnya,” kata Hania sedih.
“Membayar? Hania … mendaftarkan diri menjadi anggota komunitas itu tidak bayar! Apalagi, kamu ikut Komunitas Pecinta Bumi. Kalau kamu ikut komunitas itu, sama sekali tidak membayar apapun,” jelas Bu Marina.
“Oh, gitu, ya … Baiklah, Bu, saya mau ikut komunitas itu. Tapi, kapan saya harus mendaftarkan diri?” Hania bertanya sekali lagi.
“Sepulang sekolah, kamu ikut ibu ke tempat komunitas itu, ya. Ibu akan daftarkan kamu,” ujar Bu Marina sambil tersenyum. Hania mengangguk senang.
Setelah pamit untuk kembali ke kelas, Hania berkata dalam hati. Akhirnya, aku bisa ikut dalam Komunitas Pecinta Bumi! I like it!


Di bawah sinar matahari itu, Bu Marina dan Hania sedang dalam perjalanan ke tempat Komunitas Pecinta Bumi. Tiba-tiba, Bu Marina memberi tahu sesuatu kepada Hania. “Oh, iya, Hania … Dua hari lagi, Komunitas Pecinta Bumi akan mengadakan pameran barang-barang kesenian seperti gelang-gelang yang kamu buat. Bahan-bahan yang didaur ulang untuk pameran kesenian itu juga dari plastik bekas. Nanti, hasil kerajinan tanganmu akan dinilai seberapa bagus dan kreatifnya,” jelas Bu Marina panjang lebar.
“Oh, baiklah, Bu … akan saya lakukan dengan sebaik-baiknya!” tukas Hania sambil tersenyum. Di dalam senyum manisnya, Hania tampak amat bangga. Tentunya, ia senang dapat menjadi anggota Komunitas Pecinta Bumi. Akan tetapi, ia juga harus menjalankan amanah, dengan membawa nama baik sekolahnya! Kira-kira, Hania bisa, enggak, ya, jadi anggota terbaik komunitas dalam pameran kesenian nanti? Hmmm ….

 “Wow, ini bagus banget! Wonderful …!” puji salah satu pengunjung di pameran kesenian.
Yap, sekarang adalah waktunya di pameran kesenian! Hania sudah selesai membuat 25 gelang dalam waktu seminggu! Wow, hebat ya?
Motif pada gelang-gelang yang dibuat oleh Hania itu bermacam-macam. Ada yang motifnya polkadot, bunga, bintang, anime, sampai tulisan-tulisan yang keren banget! Banyak sekali yang mengunjungi tempat Hania. Kata para pengunjung, gelang-gelang buatan Hania itu kreatif … tif … tif! Hehehe ….
Para kakak-kakak juri dari pameran kesenian itu sudah menilai, siapa yang akan mendapatkan penghargaan sebagai ‘Anggota Terbaik Komunitas Pecinta Bumi’. Nanti siang, akan diumumkan siapa yang akan mendapatkan penghargaan itu. Tentunya, yang akan mendapatkan penghargaan itu anak yang sering kita dengar namanya? Tapi … siapa, ya?


 “Baiklah, saya akan mengumumkan siapa yang akan menerima penghargaan ‘Anggota Terbaik Komunitas Pecinta Bumi’. Karena anggotanya di sini perempuan semua, maka akan diberi gelar ‘Miss Pecinta Bumi’,” jelas Kak Fildza, pengurus Komunitas Pecinta Bumi.
Anggota komunitas sudah mulai geregetan menunggu hasil yang akan dibacakan. Hania juga seperti itu. Dia mulai tidak sabar menunggu hasilnya.
“Anggota terbaik Komunitas Pecinta Bumi adalah … HANIA AMANDA PUTRI! Selamat untuk Hania, Miss Pecinta Bumi!” teriak Kak Fildza.
YES! YES! Aku jadi pemenangnya! I’m champion …! teriak Hania dalam hati. Berkali-kali dia memanjatkan syukur kepada Allah, Tuhan Semesta Alam.
Setelah menerima penghargaan dari para pengurus Komunitas Pecinta Bumi, tiba-tiba ibu dan ayah menghampiri Hania sambil tersenyum bangga. “Selamat, ya, Hania. Kami bangga sekali padamu.”
“Terima kasih, Bu. Terima kasih, Yah!” ucap Hania sambil menghambur ke pelukan orangtuanya. Oh, so sweet

0 Komentar Pembaca:

Posting Komentar